Kamis, 4 September 2025 — Sebanyak 44 siswa kelas 12 mengikuti kegiatan peningkatan literasi mengenai gangguan kesehatan mental yang digelar di MAN 1 Olak Kemang. Kegiatan pengabdian masyarakat PNBP Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi ini merupakan kolaborasi lintas profesi kesehatan, yaitu psikologi, keperawatan, dan farmasi dengan tujuan meningkatkan pemahaman siswa menjelang menghadapi tahap akhir pendidikan dan ujian kelulusan.
Acara dibuka dan dihadiri oleh WAKA HUMAS, Ibu Nurhasanah, S.Pd.I, serta Ibu Yuliawati, S.Farm., M.Farm., Apt., yang bertindak sebagai ketua tim pengabdian masyarakat. Dalam sambutannya, pihak sekolah menyampaikan apresiasi atas inisiatif tim kesehatan untuk memberikan edukasi yang relevan bagi siswa menjelang masa-masa penentu tersebut. Hadirnya tim multidisiplin ini diharapkan dapat memberikan pendekatan yang komprehensif: dari aspek pencegahan, deteksi, hingga tata laksana dasar yang aman dan tepat.
Kegiatan dimulai dengan sesi utama yang dibawakan oleh Annisa Andriani, M.Psi., Psikolog. Pada sesi ini, Annisa menjelaskan definisi gangguan kesehatan mental, berbagai jenis gangguan yang umum ditemui pada usia remaja, serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Materi juga menekankan pentingnya deteksi dini dan bagaimana siswa serta lingkungan sekolah dapat saling mendukung untuk menciptakan suasana yang aman secara psikologis. Selain penjelasan teoretis, sesi juga memuat contoh kasus sederhana dan strategi coping adaptif, seperti teknik relaksasi singkat, manajemen stres menjelang ujian, dan pentingnya mencari bantuan ketika gejala mulai mengganggu fungsi sehari-hari.
Sesi kedua menghadirkan Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp.Kep.J., yang menyampaikan materi berjudul “Cegah Bullying dengan Berpikir Positif”. Dalam paparan tersebut, Riska menekankan bahwa tindakan bullying memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan mental korban mulai dari penurunan harga diri, gangguan kecemasan, hingga risiko depresi. Ia menjelaskan tanda-tanda siswa yang menjadi sasaran bullying dan langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan oleh teman sebaya, guru, dan pihak sekolah. Selain meningkatkan kesadaran, materi mendorong praktik berpikir positif dan empati sebagai alat pencegahan bullying, termasuk teknik sederhana untuk menenangkan diri dan intervensi awal yang bisa dilakukan siswa saat menyaksikan atau mengalami bullying.
Materi terakhir disampaikan oleh apt. Nurul Kamilah Sadli, S.Farm., M.Farm.Klin., yang membahas dua isu penting: bahaya obat ilegal yang dicampurkan ke dalam rokok elektrik dan penggunaan obat psikiatri yang aman dan tepat. Nurul Kamilah menjelaskan fenomena populer di kalangan remaja yang memanfaatkan rokok elektrik sebagai “cara” melepaskan stres. Ia memperingatkan bahwa beberapa produk ilegal telah dilaporkan mengandung zat berbahaya seperti etomidate dan ketamin, yaitu obat-obatan yang seharusnya hanya digunakan di bawah pengawasan medis ketat dan konsumsi zat tersebut dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan fisik dan mental. Selain itu, ia memberikan penjelasan praktis tentang bagaimana mengikuti terapi psikiatri yang diresepkan oleh dokter, termasuk kepatuhan pada dosis, komunikasi dengan tenaga kesehatan jika muncul efek samping, dan bahaya menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa konsultasi.
Untuk mengukur efektivitas kegiatan, panitia melakukan pre-test dan post-test pada seluruh peserta. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan di antara siswa setelah mengikuti rangkaian materi. Beberapa siswa bahkan mampu menjawab seluruh soal dengan benar pada tes akhir, menandakan pemahaman yang baik terhadap materi yang disampaikan. Peningkatan ini menjadi indikator bahwa pendekatan multidisiplin dan penyampaian materi yang interaktif mampu menjangkau dan membekali siswa dengan informasi yang relevan dan aplikatif.
Ketua pengabdian, Ibu Yuliawati, menilai bahwa capaian awal tersebut menggembirakan dan menyatakan harapan agar program semacam ini dapat dijadikan kegiatan berkelanjutan. “Pendidikan kesehatan mental tidak cukup hanya dilakukan satu kali; perlu penguatan berkala dan integrasi ke dalam kegiatan sekolah agar siswa terus mendapat dukungan,” ujar panitia. Pihak sekolah juga menyambut baik usulan untuk mengadakan sesi lanjutan yang melibatkan orangtua dan guru, sehingga dukungan terhadap siswa lebih menyeluruh.
Kegiatan yang berlangsung efektif ini tidak hanya meningkatkan literasi tentang gangguan kesehatan mental, tetapi juga membuka ruang diskusi terbuka antara siswa dan tenaga kesehatan profesional. Dengan bekal pengetahuan mengenai tanda- tanda gangguan mental, cara pencegahan bullying, serta informasi penting tentang bahaya obat ilegal dan penggunaan obat psikiatri yang aman, diharapkan siswa MAN 1 Olak Kemang mampu menghadapi tekanan akademik dan hidup remaja dengan strategi yang lebih sehat, benar, dan positif. Panitia menutup kegiatan dengan mengajak seluruh siswa untuk memanfaatkan layanan konseling sekolah bila diperlukan dan mengingatkan bahwa meminta bantuan adalah langkah berani dan tepat.





