Posted in

Limbah Jadi Sabun Transparan? Dosen UNJA Ini Buktikan Inovasi Ramah Lingkungan Bisa Jadi Peluang Usaha!


Siapa sangka, tumpukan limbah cangkang kelapa sawit yang selama ini hanya dianggap sampah oleh pabrik, justru bisa disulap menjadi produk kosmetik bernilai tinggi seperti sabun padat transparan?

Itulah inovasi yang diperkenalkan oleh Dr. apt. Uce Lestari, S.Farm., M.Farm, dosen Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Universitas Jambi (UNJA) dalam sebuah workshop pembuatan sabun padat berbahan limbah sawit. Workshop ini diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret Solo kerjasama dgn Universitas Jambi dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Jakarta dengan target mahasiswa Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian UNJA, dengan menghadirkan Dr. Uce sebagai narasumber utama.

Dari Limbah Pabrik ke Produk Inovatif

Kisah di balik inovasi ini ternyata dimulai sejak tahun 2016, ketika Dr. Uce terlibat dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Pabrik Kelapa Sawit Sumber Nusa Pertiwi, Desa Parit Sungai Gelam, Muaro Jambi. Ketika itu, direktur pabrik menyampaikan persoalan menumpuknya limbah cangkang kelapa sawit yang sulit terurai dan terus diproduksi setiap hari. Alih-alih melihatnya sebagai masalah, Dr. Uce melihat potensi. Ia pun melakukan penelitian intensif selama 2017–2019, mengembangkan berbagai produk kosmetik dari limbah tersebut, seperti pasta gigi, facial wash, deodorant, hingga sabun padat. Pada tahun 2020, pengembangan produk sabun padat transparan semakin matang dan didukung oleh hibah pra-startup BRIN/DIKTI, hingga akhirnya berdiri PT Perseorangan Inti Palm Lestari sebagai unit usaha berbasis hasil riset ini.

Arang Aktif dari Cangkang Sawit: Kecil-Kecil, Besar Manfaatnya
“Bahan utama sabun padat ini adalah arang aktif dari cangkang sawit, yang terbukti memiliki daya serap lebih tinggi (766,4 mg/g) dibandingkan tempurung kelapa biasa (580 mg/g). Arang aktif ini mampu mengecilkan pori, mengangkat sel kulit mati, mencerahkan kulit, dan mengurangi noda hitam. Ini menjadikan sabun berbasis limbah sawit ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki efek fungsional tinggi untuk perawatan kulit”, papar Dr. Uce.

Dalam workshop, Dr. Uce menjelaskan proses pembuatan sabun padat transparan secara rinci menggunakan metode hot process. Mulai dari pemanasan minyak kelapa sawit hingga 70°C, pencampuran dengan asam stearat dan NaOH 15%, penambahan gliserin dan bahan pelengkap lainnya, hingga proses pengadukan dan pencetakan sabun ke dalam cetakan silikon. Sabun ini kemudian didiamkan selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan dilakukan pengujian klinis terhadap 100 orang sukarelawan untuk menilai potensi iritasi, kelembapan, kadar minyak, elastisitas, hingga kecerahan kulit.

Dari Kampus ke Komunitas: Ilmu yang Menyentuh Realitas

Tak hanya menjadi kegiatan akademik semata, workshop ini menggambarkan bagaimana kolaborasi lintas disiplin antara farmasi dan agrobisnis dapat menjawab permasalahan lingkungan dan membuka peluang usaha baru. “Sabun ini bukan sekadar bersih secara fungsi, tapi juga bersih dari sisi filosofi—karena memanfaatkan limbah, ramah lingkungan, dan membuka peluang ekonomi,” jelas Dr. Uce kepada peserta yang hadir dengan antusias. Beberapa mahasiswa bahkan menyatakan ingin menjadikan inovasi sabun padat ini sebagai topik penelitian atau bahkan rintisan usaha ke depan.

Keberlanjutan dan Harapan ke Depan
Dengan semangat inovasi dan keberlanjutan, UNJA menunjukkan bahwa kampus tidak hanya tempat mencetak sarjana, tetapi juga agen perubahan nyata. Pihak FKIK UNJA berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi cikal bakal pengembangan inkubasi usaha kecil dan menengah berbasis hasil penelitian kampus. “Kami sangat mengapresiasi kontribusi Ibu Dr. apt. Uce Lestari dalam mengembangkan inovasi berbasis limbah kelapa sawit menjadi produk bernilai guna tinggi. Inisiatif menjadi inspirasi nyata bahwa farmasi memiliki peran penting dalam keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Dr. Indri Maharini.,M.Sc., Apt selaku ketua Jurusan Farmasi. Kegiatan ini sekaligus membuktikan bahwa limbah bukan sekadar akhir dari proses produksi, tapi bisa menjadi awal dari inovasi—asal digali dengan semangat ilmiah dan jiwa kepedulian lingkungan.

Penulis : Yuliawati, S.Farm.,M.Farm.,Apt.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *