Posted in

Kuliah Pakar Bersama Dr. Adhyatmika, M.Biotech., Apt.: Hilirisasi Riset Farmasi Menuju Produk Inovatif Berbasis Nanoteknologi

Jambi, Sabtu, 13 September 2025 – Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi menyelenggarakan Kuliah Pakar bertajuk “Hilirisasi Riset Farmasi ke Produk: Kolaborasi Strategis Antar Bidang Ilmu” dengan menghadirkan narasumber utama Dr. Adhyatmika, M.Biotech., Apt. dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Acara ini dipandu oleh Dr. Fitrianingsih, Apt. sebagai pembawa acara serta Apt. Puspa Dwi Pratiwi, M.Pharm.Sci. sebagai moderator, dan diikuti secara antusias oleh mahasiswa serta dosen FKIK UNJA.

Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Farmasi FKIK UNJA menyampaikan apresiasi atas kehadiran narasumber dan menekankan pentingnya kuliah pakar ini sebagai jembatan antara teori di kelas dengan perkembangan ilmu farmasi terkini. Dr. Indri Maharini, Apt. mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, memperluas wawasan tentang nanoteknologi serta menjadikannya bekal untuk berinovasi dalam riset yang berorientasi pada hilirisasi produk farmasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam kuliah pakarnya, Dr. Adhyatmika mengupas tuntas perkembangan nanoteknologi dalam sistem penghantaran obat (drug delivery system). Beliau menjelaskan bahwa tantangan utama dalam formulasi obat adalah bioavailabilitas, kelarutan, dan permeabilitas. Banyak obat yang secara farmakologi potensial, namun gagal menjadi produk karena tidak mampu menembus membran biologis atau larut dengan baik dalam tubuh. Di sinilah nanoteknologi hadir sebagai solusi. Beliau menjabarkan bahwa bioavailabilitas dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, struktur membran, dan mekanisme absorpsi. Obat dapat menembus membran secara difusi pasif atau dengan bantuan transporter, dan faktor seperti ukuran partikel, muatan, kelarutan, serta kestabilan menjadi kunci penentu. Konsep ini diperkuat dengan Biopharmaceutical Classification System (BCS) yang membagi obat menjadi empat kelas berdasarkan kelarutan dan permeabilitas. Obat kelas II (larut rendah, permeabel tinggi) dan kelas IV (larut rendah, permeabel rendah) adalah tantangan besar, namun teknologi nano seperti nanosuspensi, nanopartikel, liposom, dan nanokristal mampu meningkatkan kelarutan sekaligus memperbaiki penghantaran ke target.

Dr. Adhyatmika juga menyoroti era pra-nano, di mana penelitian lebih fokus pada kelarutan dan disolusi dengan pendekatan klasik seperti hukum Noyes–Whitney, konsep polaritas “like dissolves like”, dan fenomena tegangan permukaan. Kini, nanoteknologi membuka kemungkinan rekayasa yang lebih luas, mulai dari pengaturan ukuran partikel pada skala nanometer, stabilisasi bentuk kristal, hingga manipulasi permukaan partikel untuk memperbaiki interaksi dengan membran biologis. Beliau menjelaskan bagaimana nanopartikel memengaruhi ADME (Absorption, Distribution, Metabolism, Elimination) obat. Nanoteknologi tidak hanya mempercepat absorpsi, tetapi juga dapat mengarahkan distribusi obat ke jaringan tertentu, melindungi obat dari metabolisme dini, dan mengatur eliminasi sehingga efek terapi lebih panjang. Dengan demikian, penggunaan nanoteknologi menjanjikan peningkatan efektivitas terapi sekaligus menurunkan dosis dan efek samping.

Sesi diskusi berlangsung sangat interaktif, dengan berbagai pertanyaan dari mahasiswa seputar tantangan formulasi nano yang erat kaitannya dengan sifat fisikokimia obat. Mereka menanyakan strategi untuk meningkatkan kelarutan obat lipofilik, cara menjaga stabilitas nanopartikel agar tidak mudah beragregasi, hingga pemilihan sistem nano yang tepat seperti liposom, nanosuspensi, atau nanokristal untuk obat dengan kelarutan dan permeabilitas rendah.

Sebagai penutup acara, moderator Apt. Puspa Dwi Pratiwi, M.Pharm.Sci. menyampaikan terima kasih kepada narasumber atas materi yang mencerahkan serta kepada mahasiswa yang aktif berdiskusi. Beliau menekankan bahwa kuliah pakar ini memberikan pengalaman belajar berharga yang menghubungkan teori dengan praktik riset mutakhir, sekaligus memotivasi mahasiswa untuk terus berinovasi dalam bidang farmasi.

Dengan terselenggaranya kuliah pakar ini, FKIK UNJA semakin meneguhkan komitmennya untuk melahirkan generasi farmasis inovatif yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta siap berkontribusi pada pengembangan farmasi nasional dan global.

Farmasis: Muda Berinovasi, Farmasi Berkontribusi

Editor: Novia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *