Jambi, 16 September – Pelatihan fasilitator Interprofessional Education (IPE) diselenggarakan pada Jumat, 12 September 2025 oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA). Dalam pelatihan ini, Dr. dr. Gita Sekar Prihanti, M.Pd.Ked. menyampaikan materi mengenai instrumen refleksi dan kompetensi yang harus dimiliki seorang fasilitator IPE.
Seorang fasilitator IPE, menurut dr. Gita, tidak hanya bertugas memandu diskusi, tetapi juga harus memiliki komitmen, keyakinan, serta pemahaman yang mendalam tentang makna kolaborasi interprofesional untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif. Fasilitator juga dituntut untuk berperan sebagai teladan (role model) bagi mahasiswa serta mampu mengelola dinamika kelompok yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi kesehatan. Hal ini penting agar mahasiswa dapat belajar menghargai peran masing-masing profesi dan membangun komunikasi yang konstruktif. Pengalaman nyata bekerja dalam tim lintas profesi menjadi bekal berharga bagi fasilitator, karena dengan pengalaman tersebut mereka dapat menghadirkan pendekatan pembelajaran yang lebih realistis dan aplikatif. Dengan demikian, dosen diharapkan mampu membimbing mahasiswa tidak hanya secara teoritis, tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi tantangan praktik kolaboratif di dunia kerja kesehatan.

Pada sesi refleksi di tingkat interprofesional, dr. Gita menjelaskan bahwa mahasiswa perlu diajak untuk menyadari secara lebih mendalam hubungan antarprofesi, peran, serta ruang lingkup kerja dari masing-masing profesi kesehatan. Pemahaman ini penting agar mahasiswa tidak hanya mengetahui batasan profesinya sendiri, tetapi juga mampu mengapresiasi kontribusi profesi lain yang sama-sama memiliki nilai strategis dalam pelayanan kesehatan. Dengan cara ini, mahasiswa akan lebih terbuka untuk bekerja sama dan menyadari bahwa keberhasilan pelayanan tidak dapat dicapai secara individual, melainkan melalui sinergi tim lintas profesi.
Lebih jauh, refleksi ini juga mencakup bagaimana mahasiswa memandang, merasakan, dan menilai profesi lain, termasuk bagaimana mengatasi prasangka yang mungkin muncul. Sering kali stereotip negatif menjadi penghalang dalam membangun kerja sama yang efektif. Melalui proses refleksi, mahasiswa didorong untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir tersebut, sehingga mampu berkomunikasi lebih terbuka, saling menghormati, dan bekerja secara setara. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan komunikasi, tetapi juga memperkuat kompetensi kolaborasi interprofesional yang sangat dibutuhkan dalam praktik pelayanan kesehatan modern.

Sementara itu, pada refleksi di tingkat profesional, mahasiswa diarahkan untuk menegaskan identitas dan sikap profesinya, dengan menyadari peran penting yang dimiliki dalam tim serta meningkatkan rasa percaya diri. Proses refleksi ini membantu mahasiswa memperkuat identitas profesional secara individu, sehingga mereka mampu menunjukkan kinerja terbaik sesuai tanggung jawab masing-masing, namun tetap menghargai batasan dan kontribusi profesi lain. Ketua tim pelaksana, Dr. dr. Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed., menekankan bahwa materi ini sangat penting dalam membentuk pola pikir kolaboratif. Menurutnya, fasilitator yang memahami dinamika kelompok akan lebih mudah mendorong mahasiswa untuk terbuka, saling menghargai, dan bekerja sama secara efektif. Hasil dari proses ini tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya layanan kesehatan yang lebih komprehensif bagi pasien.

Fathnur Sani, K. M. Farm., Apt., dosen Farmasi Universitas Jambi yang turut menjadi peserta pelatihan ini, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut memiliki peran penting dalam menyiapkan dosen agar mampu membimbing mahasiswa dalam membangun identitas profesional sekaligus interprofesional. Menurutnya, keberadaan fasilitator yang kompeten akan membuat proses refleksi semakin bermakna, karena mahasiswa dapat belajar dengan lebih mendalam tentang perannya dalam tim lintas profesi. Ia juga menambahkan harapannya agar lulusan FKIK UNJA kelak tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga mampu bekerja sama lintas profesi untuk memberikan pelayanan terbaik. Dengan begitu, kontribusi mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien serta membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas.
IPE: Bersama dalam Kolaborasi, Bersinergi untuk Kesehatan
Penulis: Yuliawati / Editor: Novia
